Minggu, 09 Mei 2010

TUGAS KELOMPOK BAHASA INDONESIA 2

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya[1].

Dalam metode hipotetik-deduktif, hipotesis sebaiknya falsifabel, berarti bahwa mungkin bahwa itu bisa diperlihatkan bahwa itu adalah salah, biasanya oleh pengamatan.

Hipotesis ilmiah mencoba mengutarakan jawaban sementara terhadap problema. Hipotesis menjadi teruji apabila semua gejala yang timbul tidak bertentangan dengan hipotesis tersebut. Dalam upaya pembuktian hipotesis, peneliti dapat saja dengan sengaja menimbulkan/ menciptakan suatu gejala. Kesengajaan ini disebut percobaan atau eksperimen. Hipotesis yang telah teruji kebenarannya disebut teori.

Contoh:
Apabila terlihat awan hitam dan langit menjadi pekat, maka seseorang dapat saja menyimpulkan (menduga-duga) berdasarkan pengalamannya bahwa (karena langit mendung, maka..) sebentar lagi hujan akan turun. Apabila ternyata beberapa saat kemudia hujan benar turun, maka dugaan terbukti benar. Secara ilmiah, dugaan ini disebut hipotesis. Namun apabila ternyata tidak turun hujan, maka hipotesisnya dinyatakan keliru.

Teori
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Kata teori memiliki arti yang berbeda-beda pada bidang-bidang pengetahuan yang berbeda pula tergantung pada metodologi dan konteks diskusi. Secara umum, teori merupakan analisis hubungan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain pada sekumpulan fakta-fakta .[1] Selain itu, berbeda dengan teorema, pernyataan teori umumnya hanya diterima secara "sementara" dan bukan merupakan pernyataan akhir yang konklusif. Hal ini mengindikasikan bahwa teori berasal dari penarikan kesimpulan yang memiliki potensi kesalahan, berbeda dengan penarikan kesimpulan pada pembuktian matematika.

Dalam ilmu pengetahuan, teori dalam ilmu pengetahuan berarti model atau kerangka pikiran yang menjelaskan fenomena alami atau fenomena sosial tertentu. Teori dirumuskan, dikembangkan, dan dievaluasi menurut metode ilmiah. Teori juga merupakan suatu hipotesis yang telah terbukti kebenarannya.
Manusia membangun teori untuk menjelaskan, meramalkan, dan menguasai fenomena tertentu (misalnya, benda-benda mati, kejadian-kejadian di alam, atau tingkah laku hewan). Sering kali, teori dipandang sebagai suatu model atas kenyataan (misalnya : apabila kucing mengeong berarti minta makan). Sebuah teori membentuk generalisasi atas banyak observasi dan terdiri atas kumpulan ide yang koheren dan saling berkaitan.

Istilah teoritis dapat digunakan untuk menjelaskan sesuatu yang diramalkan oleh suatu teori namun belum pernah terobservasi. Sebagai contoh, sampai dengan akhir-akhir ini, lubang hitam dikategorikan sebagai teoritis karena diramalkan menurut teori relativitas umum tetapi belum pernah teramati di alam.

Terdapat miskonsepsi yang menyatakan apabila sebuah teori ilmiah telah mendapatkan cukup bukti dan telah teruji oleh para peneliti lain tingkatannya akan menjadi hukum ilmiah. Hal ini tidaklah benar karena definisi hukum ilmiah dan teori ilmiah itu berbeda. Teori akan tetap menjadi teori, dan hukum akan tetap menjadi hukum.[2]
http://id.wikipedia.org/wiki/Teori

Analogi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Analogi dalam ilmu bahasa adalah persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya bentuk-bentuk yang lain. Analogi merupakan salah satu proses morfologi dimana dalam analogi, pembentukan kata baru dari kata yang telah ada. Contohnya pada kata dewa-dewi, putra-putri, pemuda-pemudi, dan karyawan-karyawati.

A. PENGERTIAN
Analogi adalah suatu bentuk penalaran dengan jalan mempersamakan dua hal yang berlainan. Kedua hal itu diperbandingkan untuk dicari persamaannya. Analogi dilakukan dengan mempersamakan kedua hal yang sebenarnya berlainan.

Analogi dan generalisasi dapat dikatakan mempunyai hubungan, dalam analogi kita membandingkan dua hal atau lebih yang memiliki kesamaan tertentu pada beberapa segi dan menyimpulkan keduanya memiliki kesamaan dalam segi yang lain. Sedangkan generalisasi memperhatikan hal yang sama dari hal-hal yang berbeda dan kesimpulannya bersifat universal, sedangkan pada analogi kesimpulannya berlaku partikular.

B. MACAM-MACAM ANALOGI
Dalam setiap tindakan penyimpulan analogik terdapat tiga unsur, yaitu:
1.Peristiwa pokok yang menjadi dasar analogi
2.Persamaan prinsipal yang menjadi pengikat
3.Fenomena yang hendak kita analogikan

Dari unsur-unsur tersebut akan muncul berbagai macam analogi, seperti:
1.Analogi Induktif
Analogi yang disusun berdasarkan persamaan prinsipal yang ada pada dua fenomena, kemudian menarik kesimpulan bahwa yang ada pada peristiwa pertama juga ada pada peristiwa kedua.

Contoh:
a.Sarno anak Pak Sastro adalah anak yang rajin dan jujur
b.Sarni anak Pak Sastro adalah anak yang rajin dan jujur
c.Sardi anak Pak Sastro adalah anak yang rajin dan jujur
d.Sarto adalah anak pak Sastro
Sarto anak Pak Sastro adalah anak yang rajin dan jujur

Berbeda dengan generalisasi induktif yang kesimpulannya berupa proposisi universal, konklusi analogi tidak selalu berupa proposisi universal, namun tergantung dari subyek yang diperbandingkan. Subyek analogi dapat individual, partikular maupun universal. Tetapi sebagai penalaran induksi, konklusi yang ada lebih luas daripada premis-premisnya. Tiga anak Pak Sastro yang rajin dan jujur tidak dapat menjamin bahwa anaknya yang keempat juga rajin dan jujur.

2.Analogi Deklaratif
Analogi yang menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang di kenal.
Contoh:
Ilmu pengetahuan dibangun oleh fakta-fakta sebagaimana sebuah rumah dibangun oleh batu-batu. Tapi tidak semua kumpulan fakta adalah ilmu, sebagaimana tidak semua kumpulan batu adalah rumah.

3.Analogi Noninduktif (analogi logis)
a.“Hanya orang bijaksana yang menyukai puisi”. Kalimat tersebut sama maknanya dengan “Semua orang bijaksana menyukai puisi”.
b.“Hanya perempuanlah yang mengandung dan melahirkan anak”, kalimat tersebut tidak sama dengan “Semua perempuan mengandung dan melahirkan anak”.

Kedua kalimat diatas mempunyai pola yang sama yaitu “Hanya….yang…”, namun analogi diatas bukan merupakan analogi induktif, karena kesimpulannya tidak bersifat empiris.
Artinya kesimpulan dari analogi noninduktif tidak dapat di diskonfirmasi atau disangkal oleh bukti-bukti empiris. Namun analogi tersebut juga bukan analogi deduktif, karena argumen deduktif dapat di nilai benar salahnya dengan mengacu pada bentuk logis tertentu atau definisi istilah yang di gunakan. Oleh karena itu, analogi ini dapat di sebut analogi logis non induktif tapi juga nondeduktif.

C. CARA MENILAI ANALOGI
Untuk mengukur sejauh mana sebuah analogi dapat di percaya, diketahui dengan alat sebagai berikut:
1.Sedikit banyaknya peristiwa sejenis yang di analogikan.
Semakin besar atau semakin banyak peristiwa sejenis yang di analogikan, semakin besar pula tarap ketrpercayaannya.

2.Sedikit banyaknya aspek yang menjadi dasar analogi.

3.Sifat dari analogi yang kita buat. Semakin rendah taksiran yang kita analogikan semakin kuat analogi itu.

4.Mempertimbangkan unsur yang berbeda pada peristiwa yang di analogikan. Semakin banyak pertimbangan atas unsur2 yang berbeda semakin kuat keterpercayaan analoginya.

5.Relevan atau tidaknya masalah yang di analogi. Bila tidak relevan analogi tidak akan kuat dan bisa gagal.

D. KESESATAN ANALOGI
Kesesatan dalam analogi bisa terjadi karena kita terlalu cepat menarik konklusi, sedangkan fakta yang di jadikan dasar tidak cukup mendukung konklusi tersebut atau terlalu sedikit. Kemudian terjadi karena Kecerobohan dan Prasangka.
Contoh:
1.Seorang pria bertemu seorang gadis Solo di pesta, kemudian di sebuah toko dia bertemu seorang gadis solo yang lain, sewaktu melihat pentas dia melihat seorang gadis solo menari. Ketiga gadis itu sama-sama luwes. Lalu dia beranggapan “Semua gadis Solo luwes”.

2.“Saya pernah di keraton Surakarta, saat Sri Susuhunan berulang tahun. Saya melihat lima belas gadis, semua berkebaya dan cantik. Memang semua gadis Surakarta itu berkebaya dan cantik ”.

3.Seorang pemuda luar pulau menikahi gadis Solo dan membawanya pulang kampung. Ibunya berkata, “Istrimu kalau bicara seperti penjual ayam di pasar?”, jawab pemuda tersebut “Ah, itu karena ibu kalau bicara keras-keras sehingga ia kira ibu kurang pendengaran”. Suatu saat ibunya berkata, “Istrimu jalannya kok seperti di kejar maling?”, “Ah, itu karena ibu selalu membuat dia terkejut dan ketakutan”.

Selain ketiga hal tersebut diatas, analogi juga bisa keliru karena membuat persamaan yang tidak tepat.
Contoh:
“Antara kita dan binatang mempunyai persamaan yang sangat dekat. Binatang bernafas, kita juga bernafas. Binatang makan, kita juga makan. Binatang tidur dan istirahat, kita juga tidur dan istirahat. Binatang kawin, kita juga kawin. Jadi dalam keseluruhan binatang sama dengan kita.”
Pernyataan di atas hendak menyimpulkan bahwa manusia sama dengan binatang dengan mempertimbangkan persamaan-persamaan yang ada pada keduanya, padahal yang di samakan itu bukan masalah yang pokok.

http://id.wikipedia.org/wiki/Analogi
http://komunitasmahasiswa.info/2008/12/analogi-suatu-logika/


Salah Nalar
Salah nalar adalah kesalahan struktur atau proses formal penalaran dalam menurunkan kesimpulan sehingga kesimpulan tersebut menjadi tidak valid. Jadi berdasarkan pengertian tersebut, salah nalar bisa terjadi apabila pengambilan kesimpulan tidak didasarkan pada kaidah-kaidah penalaran yang valid. Terdapat beberapa bentuk salah nalar yang sering kita jumpai, yaitu: menegaskan konsekuen, menyangkal antiseden, pentaksaan, perampatan-lebih, parsialitas, pembuktian analogis, perancuan urutan kejadian dengan penyebaban, serta pengambilan konklusi pasangan.

http://dwiermayanti.wordpress.com/2009/03/14/penalaran/

BAHASA INDONESIA 2

SISTEM PEMBINAAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA MANUSIA DI PT. PERTAMINA MARITIME CENTER

PENDAHULUAN
1.3 Latar Belakang Masalah
Dalam menghadapi masalah kehidupan serta kondisi kerja dengan teknologi dan persaingan dunia usaha yang kian berkembang pada dekade ini, peranan pegawai sebagai sumber daya manusia dalam suatu organisasi sangat dibutuhkan untuk menghasilkan produk atau jasa yang berkualitas.
Sebagai seorang individu, seorang pekerjapun mempunyai sesuatu yang utama mengenai perilaku, tabiat dan kebiasaan-kebiasaan yang tumbuh dah berkembang di bentuk oleh kondisi lingkunagn dan pengalaman-pengalaman ditempat kerja. Sedangkan dilihat dari keseluruhan dalam suatu organisasi atau perusahaan bukan sekedar penjumlahan karyawan-karyawan yang ada. Dimana tiap-tiap karyawan merupakan bagian yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya dan bersama-sama berfungsi untuk mencapai tujuan organisasi.
Pada prisipnya seorang pekerja termotivasi untuk melaksanakan tugas-tugas tergantung dari motif yang mempengaruhinya. Pekerja adalah manusia dan mahluk yang mempunyai banyak kebutuhan dalam (innerneed) yang banyak sekali. Kebutuhan-kebutuhan ini membangkitkan motif untuk mendasari aktivitas individu. Karena itu sikap, prilaku, tabiat dan kebiasan-kebiasaan pekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan yang menjadi tuntutan mereka, perlu diarahkan menjadi suatu modal perusahaan dalam meningkatkan produktivitas perusahaan.
Diantara sumber daya perusahaan yang terdiri dari manusia, mesin, modal, dan pasar, unsur manusia merupakan sumber daya yang paling dominan, sehingga kemajuan dan kemunduran usaha akan tergantung pada manusia sebagai pelaksana kegiatan perusahaan dimana ia bekerja. Bila manusia didalamnya mempunyai kualifikasi yang maka diharapkan pelaksanaan tujuan perusahaan akan sesuai dengan apa yang diharapkan. Oleh karna itu agar tujuan tersebut tercapai perlu dilakukan penanganan sumber daya manusia yang baik.
Untuk memanfaatkan sumber daya manusia secara optimal, perlu dipahami bahwa manusia mempunyai naluri dan prilaku yang berbeda dengan sebuah mesin yang hanya bekerja jika dihidupkan tanpa berkomentar apapunterhadap lingkungannya. Sehingga penanganannyapun berbeda, dimana pada manusia mempunyai aspek psikologi, pendidikan, moralitas, ekonomi dan prilaku ia akan mengerjakan tugasnya.
Pembinaan dan pengembangan terhadap sumber daya manusia perlu diupayakan melalui usaha-usaha yang terencana oleh perusahaan, mulai dari proses penempatan sampai terhadap pengembangan pemenuhan kebutuhan berjalan. Karena itu perusahaan harus mempunyai pedoman jelas dalam pengelolaan sumber daya manusianya sebagai dasar pengambilan keputusan terhadap permasalahan-permasalahan yang timbul, dalam pelaksanaan operasionalnya. Oleh sebab itu suatu pembinaan dan pengembangan karyawan perlu dikemas dalam suatu kegiatan yang terencana dan terarah. Manajemen sumber daya manusia (manajemen personalia) secara khusus akan mempelajari permasalahan tenaga kerja dan mengatur langkah-langkah pengelolaan sumber daya manusia.
Usaha pembinaan dan pengelolaan tenaga kerja bukan hanya dipandang dari aspek teknik saja, namun aspek psikis tenaga kerja perlu diteliti lebih mendalam. Kemampuan dan pemahaman tentang perilaku merupakan contoh yang perlu diperhatikan. Motivasi sebagai salah satu unsur yang dapat mempengaruhi kondisi pekerja dapat menjadi pendorong bagi kemajuan kerja pekerjanya. Tanpa motivasi yang mendasari proses bekerja, karyawan tidak akan mampu menghasilkan karya yang cukup baik, dan dampaknya perusahaan tidak akan mampu menghasilkan karya yang cukup baik, dan dampaknya perusahaan tidak akan memperoleh produktifitas yang tinggi jika karyawan bekerja tanpa gairah dan kebutuhan dalam pemanfaatan sumber daya manusia yang dimilikinya.
Mengingat usaha yang dijalani adalah usaha jasa yang sangat peka terhadap kurang baiknya pelayanan yang di berikan, maka seorang pelaut harus senantiasa tejaga motivasinya dan terus dikembangkan kemampuannya sehingga dapat melakukan pekerjaan dengan baik.
Dengan dilatarbelakangi uraian-uraian di atas, penulis mengangkat materi motivasi kerja pekerja dalam penulisan ilmiah ini dilakukan di PT. Pertamina Maritime Training Center Jakarta divisi kepelautan dengan judul: “ SISTEM PEMBINAAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA MANUSIA DI PT. PERTAMINA MARITIME CENTER “

1.2 PERUMUSAN MASALAH
Untuk meningkatkan kinerja para pelaut disini, penulis merumuskan inti permasalahan yaitu bagaimana prosedur pelaksanaan program pembinaan dan pelatihan pelaut pada PT. Pertamina Maritime Training Centre Jakarta.

1.3 PEMBATASAN MASALAH
Pada penulisan ilmiah ini penulis hanya membatasi pada masalah pembinaan dan pelatihan pelaut di PT. Pertamina Maritime Training Center Jakarta.

1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang diharapkan penulis dari hasil penulisan ilmiah ini adalah:
1. Untuk mengetahui objek, sasaran dan tujuan pelaksanaan pembinaan dan pelatihan pelaut pada PT. Pertamina Maritime Training Center Jakarta.
2. Mengetahui pelaksanaan system pembinaan dan peltihan unit kerja jasa pelaut di PT. Pertamina Maritime Training Center Jakarta.
3. Untuk mengetahui pengaruh metode standar penilaian pelaut pada PT. Pertamina maritime Training Center Jakarta.

1.5 Metodologi penelitian
1.5.1 Objek penelitian
Yang menjadi objek penelitian dalam penulisan ini adalah Pelaut pada PT. Pertamina Maritime Training Center Jakarta.

1.5.2 Data Variabel
Penulis menggunakan data empiris yaitu data yang sudah jadi.

1.5.3 Metode Pengumpulan Data
1. Observasi
Penulis melakukan pengamatan di perusahaan yang bersangkutan.
2. Kuisioner
Penulis mengajukan pertanyaan pada pekerja peusahaan tersebut secara langsung.

1.5.4 Hipotesis
Sistem pembinaan dan pelatihan pelaut di PT. Pertamina Maritime Training Center Jakarta, sangat dominant bagi peningkatan produktivitas atau kemajuan perusahaan yang berkualitas khususnya di PT. Pertamina Maritime Training Center Jakarta yang bergerah di bidang jasa atau kepelautan.

1.5.5 Alat analisis yang digunakan
Alat analisis yang digunakan penulis yaitu dengan menggunakan analisis deskriftif dan kualitatif.